
Pertanian Indonesia Semakin Kuat, Wujudkan Kedaulatan Pangan
Indonesia mencatat penurunan impor beras dari hampir 5 juta ton menjadi sekitar 800 ribu ton di 2025, dan stok beras nasional mencapai 3,3 juta ton—tertinggi dalam 20 tahun. Adanya cadangan beras yang kuat, Indonesia kini tidak hanya mengurangi impor, tapi juga memperkuat posisinya dalam peta pangan dunia.
Kenaikan ini dipicu oleh luas panen yang bertambah menjadi 11,4 juta hektare dan cuaca yang mendukung. Panen utama, yang menyumbang 45% dari total produksi, sedang berlangsung, dan panen tambahan diperkirakan terjadi pada Juli–Agustus dan akhir tahun. Data BPS menunjukkan produksi beras Januari–April 2025 sebesar 13,95 juta ton, tertinggi dalam 7 tahun. Dalam laporan Rice Outlook edisi April 2025, USDA memproyeksikan produksi beras Indonesia pada musim tanam 2024/2025 akan mencapai 34,6 juta ton—naik 600 ribu ton dari bulan lalu dan 4,8% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Hal ini yang membuat Indonesia memutuskan untuk menghentikan impor dari Thailand. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama Thailand, yang kini tertekan karena harga berasnya paling tinggi di Asia. Thailand pun terancam penurunan ekspor hingga 29,2%.
Produksi naik karena program strategis seperti distribusi pupuk, pompanisasi, irigasi, dan peningkatan harga gabah. Pemerintah akan terus memperkuat ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Ditunjang pula sejak harga gabah naik jadi Rp 6.500/kg resmi diberlakukan, petani makin semangat! Banyak kebijakan yang akhirnya berdampak positif terhadap petani kita. Pendapatan naik, pupuk makin gampang didapat, dan panen makin maksimal.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan pencapaian ini berkat kerja cepat dan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, TNI/Polri, BUMN, dan petani. Ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia menuju kedaulatan pangan.